Jumat, 15 April 2011

Archimedes2011

Archimedes_Planmal

Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1.Gambar di bawah ini adalah salah satu genus dari kelas Bryopsida, yaitu…

a.Marchantia
b.Anthoceros
c.Polytrichum
d.Sphagnum
e.Riccia
2.Spesies tumbuhan lumut yang sering digunakan sebagai media penanaman anggrek adalah dari marga...
a.Marchantia d. Sphagnum
b.Anthoceros e. Riccia
c.Polytrichum
3.Pada tumbuhan lumut dapat ditemukan struktur yang fungsinya mirip dengan stomata pada tumbuhan tingkat tinggi yang disebut...
a.Pori udara d. Kutin
b.Sel jaket e. Gemae
c.Sel epidermis
4.Gambar di bawah ini adalah salah satu genus dari tumbuhan paku, yaitu…

a.Selaginella
b.Drimoglossum
c.Platicerium
d.Asplenium
e.Pteris
5.Contoh tumbuhan paku yang hidup di perairan adalah...
a.Marsilea crenata d. Platycerium bifurcatum
b.Asplenium nidus e. Psilotum nudum
c.Adiantum cuneatum
6.Daun muda yang menggulung merupakan ciri khas tumbuhan paku dari kelas…
a.Psilopsida d. Pteropsida
b.Lycopsida e. Bryophyta
c.Sphenopsida
7.Tumbuhan berbiji terbuka dikelompokkan menjadi empat bangsa, kecuali…
a.Cycadales d. Gnetales
b.Ginkgoales e. Poaceae
c.Coniferales
8.Ciri khas tata letak daun berhadapan (folia decusata) dimiliki oleh spesies…
a.Gnetum gnemon d. Oryza sativa
b.Cycas rumpii e. Ginkgo biloba
c.Pinus merkusii
9.Di bawah ini yang merupakan perbedaan Angiospermae dengan Gymnospermae adalah..
a.Batang Gymnospermae tidak bercabang, batang Angiospermae bercabang
b.Akar Angiospermae serabut, akar Gymnospermae tunggang
c.Gymnospermae tidak memiliki xilem dan floem, Angiospermae memiliki xilem dan floem
d.Gymnospermae tidak meilii klorofil, Angiospermae memiliki klorofil
e.Gymnospermae tidak memiliki bunga sejati, Angiospermae memiliki bunga sejati
10.Sporangium tumbuhan lumut memiliki tutup kotak spora yang disebut ….
a.seta c. kupula e. gigi peristoma
b.aposis d. operkulum
11.Manakah yang termasuk generasi gametofit pada lumut Ricciocorpus natans ….
a.fase diploid c. tergantung pada sporofit e. fase hidup lumut yang panjang
b.hidup bebas d. menghasilkan spora melalui meiosis
12.Protonema yang membentuk tumbuhan lumut baru, tumbuh dari ….
a.spora c. gametofit e. sel induk spora
b.embrio d. sporofit
13.Metagenesis dalam daur hidup tumbuhan paku didominasi oleh generasi ….
a.tropofil c. sporofil e. gametofit
b.mikrofil d. sporofit
14.Paku ekor kuda disebut juga tumbuhan ….
a.xerofit c. strobilus e. epifit sejati
b.higrofit d. amfibius
15.Yang termasuk tipe jaringan pengangkut pada sporofil tumbuhan paku adalah ….
a.radial c. konsentris e. sifonostele
b.kolateral d. bikolateral
16.Tumbuhan paku yang dapat menyuburkan tanah persawahan adalah .…
a.Salvinia natans dan Azzola pinata d. Marsilea crenata dan Salvinia natans
b.Azzola pinnata dan Marsilea crenata e. Azzola pinnata dan Anabaena azollae
c.Ganggang biru dan Marsilea crenata
17.Nama lain daun kelopak, daun mahkota, benang sari, dan daun buah, berturut-turut adalah ….
a.sepal, petal, stamen, karpel d. karpel, petal, stamen, sepal
b.petal, sepal, stamen, karpel e. stamen, karpel, sepal, petal
c.sepal, karpel, petal, stamen
18.Berikut ini tumbuhan yang termasuk famili Graminae adalah, kecuali ....
a.Zea mays c. Oryza sativa e. Saccharum officinarum
b.Bambusa sp. d. Zingiber officinalis
19.Tumbuhan dikotil memiliki pertulangan daun berbentuk ….
a.Memanjang c. tidak beraturan e. melengkung atau sejajar
b.Meruncing d. menjari atau menyirip
20.Tumbuhan biji terbuka yang umum dijadikan tanaman hias adalah ….
a.Damar c. Pakis haji e. Cemara udang
b.Melinjo d. Pinus merkusii
21.Salah satu tipe saluran air pada Porifera adalah leucon, yaitu ....
a.Ostium dihubungkan dengan saluran bercabang-cabang ke rongga yang dilapisi sel leher
b.Tipe saluran air pada porifera yang paling sederhana
c.Ostium berhubungan dengan spongosol
d.Ostia keluar melalui oskulum
e.Ostia langsung berhubungan dengan spongosol
22.Daur hidup Fasciola hepatica melalui beberapa stadium. Stadium yang berkembang dalam tubuh Lymnea truncatula adalah...
a.Sporokis, redia, dan metaserkaria d. Cacing dewasa dan sporokis
b.Mirasidium, sporokis, dan serkaria e. Metaserkaria
c.Sporokis yang berisi redia
23.Para penderita Enterobius vermicularis terkadang merasakan gatal dibagian dubur. Hal ini disebabkan pada saat bertelur cacing berada di dubur untuk ....
a.Mencari makanan d. Memperoleh vitamin dan mineral
b.Mencari karbon dioksida e. Mendapatkan sulfur dan nitrogen
c.Memperoleh oksigen
24.Anggota Mollusca yang tidak memiliki cangkok adalah...
a.Margaritifera dan Octopus d. Nautilus dan Loligo
b.Sepia dan Loligo e. Argonauta dan Nautilus
c.Nautilus dan Octopus
25.Alat mulut pada Insekta yang bertipe menusuk dan mengisap terdapat pada ....
a.Kepik, kutu daun d. Nyamuk, belalang
b.Kepik, belalang e. Kepik, nyamuk
c.Nyamuk, kutu daun
26.Kalajengking menghasilkan zat racun yang dikeluarkan oleh ....
a.Kaki rahang yang berbentuk gunting pada bagian kepala
b.Semua ujung-ujung kaki
c.Sengat yang merupakan modifikasi segmen terakhir bagian posterior
d.Kelenjar di dalam mulutnya
e.Kelenjar pada segmen pertama badan
27.Larva Echinodermata khususnya bintang laut yang memiliki simetri bilateral dan dapat berenang disebut ....
a.Amphiblastula c. Pinnulae e. Plutea
b.Kaliks d. Bipinaria
28.Pada Rana pipiens kulit mudah dilepas dari tubuhnya karena ....
a.Kulitnya tebal c. Kulitnya tipis dan liat e. Antara otot dan kulit terpisah
b.Sel-sel kulitnya mati d. Adanya cairan limfe di bawah kulit
29.Untuk mengetahui perubahan tekanan air sehubungan dengan adanya perubahan arus air, tubuh ikan dilengkapi dengan alat yang disebut.........
a.Sirip dada c. Tutup insang e. Gelembung renang
b.Sisik sikloid d. Gurat sisi
31.Terdapat beberapa keterangan yang berhubungan dengan Porifera sebagai berikut.
1.Ostium 2. Oskulum 3. Spongocoel 4. Amoebosit 5. Koanosit
Jalur pengedaran zat makanan dan zat sisa adalah ……
a.1 → 3 → 5 → 4 → 2 c. 3 → 1 → 2 → 5 → 4 → 3 e. 2 → 5 → 4 → 5 → 3 → 1
b.2 → 3 → 5 → 4 → 5 → 1 d. 1 → 5 → 4 → 3 → 5 → 2
32.Physalia pelagica memiliki tiga macam polip, yaitu ……
a.Grastozooid, daktilozooid, nematozoid d. Nematozoid, gonangium, daktilozooid
b.Grastozooid, nematozoid, gonangium e. Grastozooid, gonangium, gonozooid
c.Daktilozooid, grastozooid, gonozooid
33.Berdasarkan tabel berikut, ciri-ciri cacing Nemathelmintes adalah ……



34.Di dalam tubuh Echinodermata terdapat sistem air ambulakral sebagai alat geraknya. Sistem ini terdiri atas
a.Saluran radial, ampula, dan kaki ambulakral
b.Madreporit, saluran batu, saluran cincin, saluran radial, ampula, dan kaki ambulakral
c.Madreporit, saluran radial, ampula, dan kaki ambulakral
d.Madreporit, saluran batu, saluran cincin, saluran radial, dan ampula
e.Saluran batu, saluran radial, ampula, dan kaki ambulakral
35.Cacing yang hidup parasit pada akar beragai jenis tanaman yaitu...
a.Eunice viridis c. Heterodera radicicola e. Limantis nilotica
b.Heterodera spinalia d. Lumbricus terestis
36.Jenis cacing yang ditularkan melalui nyamuk Culex dan menyebabkan pembengkakan sistem limfa adalah
a.Clonorchis sinensis c. Ancylostoma duodenale e. Hirudo medicinalis
b.Trichinella spiralis d. Wuchereria bancrofti
37.Cacing parasit yang mampu menghasilkan zat anti pembeku darah adalah...
a.Taenia solium c. Ancylostoma duodenale e. Hirudo medicinalis
b.Fasciola hepatica d. Oxyuris vermicularis
38.Cacing yang menguntungkan manusia yang membantu menyuburkan tanah adalah dari golongan...
a.Lintah golongan Olygochaeta d. Pacet golongan polychaeta
b.Cacing tanah golongan polichaeta e. Cacing gilig golongan olygochaeta
c.Cacing tanah golongan oligochaeta
39.Duktus pneumatikus adalah saluran penghubung antara ....
a.Rongga mulut dan rongga telinga pada mamalia
b.Gelembung udara dengan faring pada Pisces
c.Paru-paru dengan kantong hawa pada Aves
d.Rongga hidung dengan rongga mulut pada Amphibia
e.Ventrikel sinister dengan ventrikel dexter pada reptilia
40.Pesut, lumba-lumba, dan paus termasuk dalam ordo ....
a.Cetacea c. Sirenia e. Teleostei
b.Lagomorpha d. Dipnoi

Kamis, 07 April 2011

Soal Animalia1

EVALUASI KLASIFIKASI KINGDOM ANIMAL

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1.Larva bersilia pada Aurelia aurita disebut ....
a.Planula b. Amfiblastula c. Mirasidium d. Serkaria e. Efira
2.Akar bahar (Euplexaura sp.) termasuk bangsa Hexacorallia yang biasanya dibuat menjadi gelang tangan untuk mencegah rematik. Rangkanya tersusun dari ....
a.Zat gelatin b. Zat tanduk c. Zat tulang d. Zat kersik e. Zat besi
3.Salah satu tipe saluran air pada Porifera adalah leucon, yaitu ....
a.Ostium dihubungkan dengan saluran bercabang-cabang ke rongga yang dilapisi sel leher
b.Tipe saluran air pada porifera yang paling sederhana
c.Ostium berhubungan dengan spongosol
d.Ostia keluar melalui oskulum
e.Ostia langsung berhubungan dengan spongosol
4.Berikut adalah ciri-ciri cacing pipih:
1.Hidup sebagai parasit,
2.Pada kepala terdapat alat isap,
3.Saluran pencernaan tidak ada,
4.Tubuh bersegmen-segmen,
5.Permukaan tubuhnya terdapat bulu getar
Yang merupakan ciri-ciri cacing pita adalah...
a.1, 2, dan 3 c. 3, 4, dan 5 e. 2, 4, dan 5
b.2, 3, dan 4 d. 1, 2, dan 5
5.Platyhelminthes meliputi kelas...
a.Annelida, ascaris, cestoda d. Annelida, turbellaria, trematoda
b.Cestoda,trematoda,cacing isap e. Turbellaria, trematoda, cestoda
c.Annelida, cestoda, trematoda
6.Daur hidup Fasciola hepatica melalui beberapa stadium. Stadium yang berkembang dalam tubuh Lymnea truncatula adalah...
a.Sporokis, redia, dan metaserkaria d. Cacing dewasa dan sporokis
b.Mirasidium, sporokis, dan serkaria e. Metaserkaria
c.Sporokis yang berisi redia
7.Ancylostoma duodenale dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk ....
a.Mikrofilaria c. Larva e. Cacing dalam bentuk dewasa
b.Telur yang sudah dibuahi d. Telur yang akan dibuahi
8.Cacing yang hidup parasit pada akar beragai jenis tanaman yaitu...
a.Eunice viridis c. Heterodera radicicola e. Limantis nilotica
b.Heterodera spinalia d. Lumbricus terestis
9.Para penderita Enterobius vermicularis terkadang merasakan gatal dibagian dubur. Hal ini disebabkan pada saat bertelur cacing berada di dubur untuk ....
a.Mencari makanan d. Memperoleh vitamin dan mineral
b.Mencari karbon dioksida e. Mendapatkan sulfur dan nitrogen
c.Memperoleh oksigen
10.Jenis cacing yang ditularkan melalui nyamuk Culex dan menyebabkan pembengkakan sistem limfa adalah
a.Clonorchis sinensis c. Ancylostoma duodenale e. Hirudo medicinalis
b.Trichinella spiralis d. Wuchereria bancrofti
11.Cacing parasit yang mampu menghasilkan zat anti pembeku darah adalah...
a.Taenia solium c. Ancylostoma duodenale e. Hirudo medicinalis
b.Fasciola hepatica d. Oxyuris vermicularis
12. Cacing yang menguntungkan manusia yang membantu menyuburkan tanah adalah dari golongan...
a.Lintah golongan Olygochaeta d. Pacet golongan polychaeta
b.Cacing tanah golongan polichaeta e. Cacing gilig golongan olygochaeta
c.Cacing tanah golongan oligochaeta
13.Anggota Mollusca yang tidak memiliki cangkok adalah...
a.Margaritifera dan Octopus c. Nautilus dan Octopus e. Argonauta dan Nautilus
b.Sepia dan Loligo d. Nautilus dan Loligo
14. Anggota Mollusca yang memiliki mata berkembang dengan baik adalah kelas...
a.Pelecypoda b. Cephalopoda c. Amphineura d. Gastropoda e. Scapopoda
15. Untuk melindungi diri dari serangan musuh Cephalopoda dapat menghasilkan...
a.Kromatofora c. Kromatofora dan zat tinta e. Racun
b.Cairan sekresi d. Zat tinta
16. Alat mulut pada Insekta yang bertipe menusuk dan mengisap terdapat pada ....
a.Kepik, kutu daun c. Nyamuk, kutu daun e. Kepik, nyamuk
b.Kepik, belalang d. Nyamuk, belalang
17. Kepiting termasuk ordo ....
a.Decapoda c. Isopoda e. Branchiopoda
b.Stomatopoda d. Copepoda
18. Kalajengking menghasilkan zat racun yang dikeluarkan oleh ....
a.Kaki rahang yang berbentuk gunting pada bagian kepala
b.Semua ujung-ujung kaki
c.Sengat yang merupakan modifikasi segmen terakhir bagian posterior
d.Kelenjar di dalam mulutnya
e.Kelenjar pada segmen pertama badan
19. Larva Echinodermata khususnya bintang laut yang memiliki simetri bilateral dan dapat berenang disebut ..
a.Amphiblastula c. Pinnulae e. Plutea
b.Kaliks d. Bipinaria
20. Struktur larva Echinodermata memiliki persamaan dengan larva chordata rendah pada saat ....
a.Embrio tahap akhir c. Sel kelamin e. Pembelahan zigot
b.Embrio tahap awal d. Individu muda
21. Alat Cuverian adalah bagian dari sistem pertahanan ....
a.Crinoidea c. Asteroida e. Aphiuroidea
b.Holothuroidea d. Achinoidea
22. Di antara jenis ikan dibawah ini yang termasuk Acraniata adalah ....
a.Mixine sp. c. Branchiostoma sp. e. Petromyzon sp.
b.Raja sp. d. Squalus sp.
23. Duktus pneumatikus adalah saluran penghubung antara ....
a.Rongga mulut dan rongga telinga pada mamalia
b.Gelembung udara dengan faring pada Pisces
c.Paru-paru dengan kantong hawa pada Aves
d.Rongga hidung dengan rongga mulut pada Amphibia
e.Ventrikel sinister dengan ventrikel dexter pada reptilia
24.Pada Rana pipiens kulit mudah dilepas dari tubuhnya karena ....
a.Kulitnya tebal c. Kulitnya tipis dan liat e. Antara otot dan kulit terpisah
b.Sel-sel kulitnya mati d. Adanya cairan limfe di bawah kulit
25. Pesut, lumba-lumba, dan paus termasuk dalam ordo ....
a.Cetacea c. Sirenia e. Teleostei
b.Lagomorpha d. Dipnoi

Sabtu, 25 September 2010

Zoologi

Cabang Ilmu Biologi : Zoologi
By : Fitriyah Andriawati



Cabang dari biologi berjumlah ratusan, yang berkembang pesat terutama sejak abad ke-20. Biologi sendiri semula merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural sciences yang dipelajari oleh para naturalis (ahli ilmu-ilmu alamiah). Biologi sebagai ilmu yang mandiri, dalam arti memiliki perangkat analisis dan konsep-konsep ilmiah yang kokoh, baru terbentuk pada abad ke-18, setelah penemuan mikroskop dan tumbangnya dogma generatio spontanea oleh konsep omne vivum ex vivo. Konsep evolusi, pewarisan sifat (hereditas), dan penemuan DNA sebagai bahan genetik memacu perkembangan biologi secara pesat dan menghasilkan cabang-cabang yang dikenal sekarang ini.
Zoologi adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari struktur, fungsi, perilaku, serta evolusi hewan. Ilmu ini antara lain meliputi anatomi perbandingan, psikologi hewan, biologi molekular, etologi, ekologi perilaku, biologi evolusioner, taksonomi, dan paleontologi. Kajian ilmiah zoologi dimulai sejak sekitar abad ke-16. Zoologi sendiri memiliki beberapa cabang ilmu, antara lain:
1.Akarologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kutu dan tungau.
2.Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
3.Antrozoologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara manusia dengan hewan, juga dijelaskan sebagai ilmu yang khusus mempelajari secara khusus segala ikatan antara manusia dengan hewan dan menghubungkan antara ilmu alam dan sosial.
4.Apiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lebah, merupakan sub kajian melittologi yang merupakan cabang dari entomologi. Lebah sering dipakai sebagai objek untuk mempelajari evolusi sistem sosial.
5.Arahnologi adalah ilmu yang mempelajari tentang laba-laba dan hewan lain yang tergolong dalam arachnida.
6.Artropodologi adalah cabang biologi yang mempelajari filum arthropoda, termasuk di dalamnya insekta, arachnida, crustasea dan hewan lain yang memiliki ciri yang sama.
7.Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang serangga, merupakan salah satu cabang dari arthropodologi.
8.Etologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku hewan.
9.Helmintologi ilmu yang mempelajari tentang cacing khususnya cacing parasit, menyangkut tentang taksonomi dan akibat yang ditimbulkannya terhadap inang.
10.Herpetologi adalah cabang zoologi yang mempelajari tentang amfibi (misalnya katak dan salamander) dan reptil (misalnya ular, kadal dan kura-kura).
11.Iktiologi cabang zoologi yang mempelajari tentang ikan.
12.Konkologi adalah ilmu yang mempelajari tentang moluska bercangkang, merupakan salah satu cabang kajian dari malakologi.
13.Mamologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari hewan menyusui dan seluk beluknya.
14.Malakologi adalah cabang zoologi invertebrata yang mempelajari tentang moluska (hewan lunak).
15.Mirmikologi adalah cabang zoologi yang mempelajari tentang semut.
16.Nematologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang nematoda dan seluk beluknya.
17.Neuroetologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku hewan berdasarkan perbandingan dan evolusi (perubahan) yang didasarkan pada kontrol mekanik oleh sistem saraf.
18.Ornitologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang burung dan unggas.
19.Paleozoologi adalah cabang paleontologi atau paleobiologi yang berkenaan dengan penemuan kembali dan pengenalan sisa-sisa hewan multi seluler dari ruang lingkup geologi (atau bahkan arkeologi) dan manfaat fosil itu dalam rekonstruksi ekosistem pra sejarah dan dan ekosistem purbakala.
20.Paleontologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari kehidupan hewan atau tumbuhan pada masa zaman lampau yang telah menjadi fosil.
21.Planktologi adalah ilmu yang mempelajari tentang plankton, termasuk masalah produksi primer dan aliran energi.
22.Primatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang primata.
23.Protozoologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang protozoa dan seluk beluknya
24.Setologi adalah cabang ilmu mamalia laut yang mempelajari 8 spesies diantaranya paus, lumba-lumba, dan lumba-lumba botol yang tergolong dalam ordo Setasea, baik mengenai evolusi, persebaran, morfologi, tingkah laku, perubahan komunitas dan lainnya.

Sumber Rujukan:
1.http://en.wikipedia.org/
2.Abercrombie, M., dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta : Erlangga.
3.Jeffrey, H.C. dan Leach, R.M. 1993. Atlas Helmintologi dan Protozoologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
4.Purnomo, dkk. 1987. Atlas Helmintologi Kedokteran. Jakarta : PT. Gramedia.
5.Villee, Walker, dan Barnes. 1999. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.

Sabtu, 29 Mei 2010

Speech Contest Universitas Madura 2010








Dalam rangka the 2nd anniversary HJM "PYRAMID" English Department Universitas Madura mengelar "PISCES" (English Olympiad and Speech Contest)se-Madura event ini merupakan ajang tahunan dan pada tahun ini diadakan pada tanggal 28-29 Mei 2010.

Sasaran event ini adalah pelajar tingkat SMP/MTs Se-derajat untuk event English Olympiad dan pelajar tingkat SMA/MA Se-derajat untuk event Speech Contest.
Jumlah kontestan tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun ini, kontestan English Olympiad mencapai 125 peserta dan 78 peserta untuk event Speech Contest dari perwakilan kabupaten di Madura.

Pada hari pertama, sesudah melakukan check list peserta mengikuti kegiatan opening ceremony. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan kualifikasi, untuk Olympiad dari 125 kontestan akan dipilih 20 kontestan dengan nilai tertinggi untuk mengikuti tahap semifinal. Selanjutnya hanya 5 kontestan yang akan menuju ke Final. Sedangkan untuk speech contest tingkat SMA - MA dari 78 kontestan langsung diseleksi 5 kontestan terbaik menuju ke Final.

At the End, FOR SPEECH CONTEST THE WINNER is .............................
1st DWI RATIH R. Delegation from SMAN 1 Sampang
2nd AULIYA ZULFATILLAH Delegation from SMAN 3 Pamekasan
3rd BELINDA Delegation from SMAN 1 Pamekasan
4th NAJMA MUHAMMAD K. Delegation from SMAN 1 Pamekasan
5th SUAIDI Delegation from SMAN 1 Pamekasan

............. Finally, CONGRATULATION for all CHAMPIONS ............
........ KEEP SPIRIT, DO THE BEST AND SHOW YOUR ACHIEVEMENTS YOUTH MADURESE ........

Jumat, 28 Mei 2010

OSN 2010 Provinsi Jawa Timur



Kabar Gembira kembali dibawa siswa-siswi SMAN 3 Pamekasan. Kali ini kabar gembira berasal dari TIM OLIMPIADE SAINS SMAN 3 Pamekasan. Di tahun 2010 ini sebanyak 10 siswa telah berhasil mencapai passing grade jawa timur, diantaranya adalah Fisika atas nama : A. Labib Fardany, Hammas Hamzah Kuddah, Desy Pratiwi, dan Hendra Irawan. Ekonomi: Labuda; Matematika: A. Rofiqi Maulana, Rendi Anggara, dan Fikri Hanif Rasyidi. Kimia : Yusuf Agung Nugroho; serta kebumian atas nama Mulya Dwi Harto. Sedangkan untuk perwakilan kabupaten SMA 3 Pamekasan mengirimkan 8 duta, yaitu: Noor A Reza (Fisika), Eggy Putra Yanuar (Matematika), Senna Prasemi dan Muhammad Nur (Kimia), Amelia Fahmir Maghfirah (Ekonomi), Chiyad Romzi Albar Kisai Putra dan Febi Agustin(Astronomi), Ghafiqi Amhari Putra (Biologi).

Duta SMAN 3 tersebut akan diberangkat tanggal 31 Mei 2010 dari Pamekasan menuju Surabaya. Dengan demikian dimohon dengan hormat kepada seluruh civitas Akademik SMAN 3 Pamekasan pada untuk memberikan restunya guna keberhasilan perjuangan siswa-siswi. Semoga perjuangan mereka dapat memberikan hasil yang terbaik bagi sekolah, pamekasan dan Jawa Timur.

Selamat Berjuang , Semoga Berhasil..........................

Jumat, 26 Maret 2010

Ciri dan Klasifikasi Virus

Indikator Ketuntasan Belajar adalah siswa mampu:
1.Mengidentifikasi ciri-ciri virus
2.Membedakan struktur virus dengan makhluk hidup lainnya
3.Membuat model virus 3D
4.Menjelaskan cara replikasi virus
5.Mengidentifikasi virus yang berbahaya dan merugikan
6.Menjelaskan peranan virus yang menguntungkan dan merugikan
7.Mengkomunikasikan cara menghindari diri dari bahaya virus seperti influenza, AIDS, flu burung dan lain-lainnya

Ulasan Materi:
A.Sifat Virus
Menurut para ahli virus tergolong sebagai benda mati dan makhluk hidup. Sebagai benda mati karena diluar sel inang virus mengkristal. Tergolong sebagai makhluk hidup karena dapat berkembang biak saat berada dalam sel inangnya. Virus memiliki bermacam-macam bentuk tergantung jenisnya. Virus rata-rata berukuran 2-20 milimikron. Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, dkk. (1966) dalam Syahrurachman, dkk (1994) adalah :
1.Materi genetiknya hanya satu jenis
2.Struktur yang relatif sangat sederhana
3.Hanya melakukan kegiatan reproduksi dalam sel hidup
4.Tidak mempunyai informasi genetik untuk sintesis energi berpotensi tinggi
5.Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner
6.Asam nukleat virus mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim sel inang
7.Virus menggunakan ribosom sel inang untuk keperluan metabolismenya
8.Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel sesaat sebelum dibebaskan
9.Selama berlangsungnya proses pembebasan, virus mendapatkan selubung luar yang mengandung lipoprotein dan bahan-bahan lain yang berasal dari sel inang
10.Partikel virus lengkap disebut virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik (kapsid)

B.Ciri – Ciri Virus
Adapun ciri-ciri virus adalah:
 Berbentuk partikel dengan diameter kurang lebih 9-230nm
 Virion hanya memiliki materi genetik dan lapisan protein yang disebut kapsid
 Membutuhkan inang untuk kehidupannya
 Virion tidak melaksanakan kegiatan metabolisme, respirasi atau fungsi biosintetik lainnya

C.Struktur Virus
Untuk mempemudah dalam pemahaman struktur tubuh virus sebagai contohnya digunakan struktur tubuh virus T yang menyerang bakteriofag. Perhatikan gambar berikut!


Gambar 1. Struktur Virus T (Campbell, 2003)
Struktur virus T terdiri atas:
1.Kepala, bentuk persegi delapan yang di dalamnya mengandung materi genetik (asam nukleat) virus (DNA/RNA)
2.Ekor, merupakan selubung memanjang (tubus), berfungsi sebagai alat penginfeksi
3.Serabut ekor, merupakan serabut yang tumbuh dibagian ujung ekor. Berfungsi sebagai penerima rangsang (reseptor).
Bagian kepala dan ekor virus diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun atas unit-unit kecil yang disebut kapsomer. Kapsomer ini terdiri atas sejumlah protein ukuran kecil yang dinamakan protomer. Nukleokapsid (asam nukleat dan kapsid) beberapa virus ada yang dilapisi pembungkus yang disebut selubung/kulit (envelope) yang dapat terdiri atas lipoprotein atau glikoprotein. Pada beberapa virus selubung/kulit ini mempunyai bentukan seperti duri yang disebut spike. Duri ini dapat digunakan sebagai ciri untuk keperluan identifikasi (Darkuni, 2001).

D.Dasar Klasifikasi Virus
Menurut Lwoff, dkk (1966) dalam Syahrurachman, dkk (1994) dalam klasifikasi virus digunakan kriteria sebagai berikut:
1.Jenis asam nukleat, RNA atau DNA
2.Simetri kapsid
3.Ada – tidaknya selubung
4.Banyaknya kapsomer untuk virus ikosahedral atau diameter nukleokapsid untuk virus helikoidal

Sedangkan menurut Jawetz, dkk (1992) dalam Darkuni (2001) sifat dasar yang digunakan dalam klasifikasi virus adalah :
1.Jenis asam nukleat, DNA atau RNA; beruntai tunggal atau ganda
2.Ukuran dan morfologi, termasuk tipe simetris, jumlah kapsomer dan dan adanya selaput (envelope)
3.Adanya enzim-enzim spesifik terutama polimerase RNA dan DNA yang penting dalam proses replikasi gen, dan neurominidase yang penting untuk pelepasan partikel virus tertentu (misal influenza) dari sel-sel yang membentuknya
4.Kepekaan terhadap zat kimia dan keadaan fisik, terutama eter
5.Sifat-sifat imunologik
6.Cara-cara penyebaran alamiah
7.Patologi
8.Gejala-gejala yang ditimbulkannya

E.Beberapa Klasifikasi Virus
Berdasarkan Asam Nukleatnya Virus dibedakan menjadi:
1.Virus DNA, contohnya: Poxvirus, Hepesviruses, Adenoviruses, Papovaviruses, Parvoviruses
2.Virus RNA, contohnya: Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Picornaviruses, Togaviruses, Reoviruses, Retroviruses

Berdasarkan Bentuk Dasarnya, Virus dibedakan menjadi:
1.Virus bentuk Ikosahedral. Bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi, dengan sumbu rotasi ganda, contohnya virus polio dan adenovirus.
2.Virus bentuk Heliks. Menyerupai batang panjang, nukleokapsid merupakan suatu struktur yang tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer, misalnya virus influenza, TMV.
3.Virus bentuk Kompleks. Struktur yang amat kompleks dan pada umumnya lebih lengkap dibanding dengan virus lainnya. Contoh virus pox (virus cacar) yang mempunyai selubung yang menyelubungi asam nukelat.

Berdasarkan ada-tidaknya selubung yang melapisi nukleokapsid, virus dibedakan menjadi:
1.Virus berselubung. Mempunyai selubung yang tersusun atas lipoprotein atau glikoprotein, contoh: Poxvirus, Herpesviruses, Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Togaviruses, Retroviruses.
2.Virus telanjang. Nukleokapsid tidak diselubungi oleh lapisan yang lain. Contoh: Adenoviruses, Papovaviruses, Parvoviruses, Picornaviruses, Reoviruses.

Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus dibedakan menjadi:
1.Virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus
2.Virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus
3.Virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus
4.Virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus
5.Virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus

Berdasarkan sel Inangnya, virus dibedakan menjadi:
1.Virus yang menyerang manusia, contoh HIV
2.Virus yang menyerang hewan, contoh rabies
3.Virus yang menyerang tumbuhan, contoh TMV
4.Virus yang menyerang bakteri, contoh virus T

F.Replikasi
Virus memperbanyak dirinya dengan cara replikasi. Replikasi virus secara umum dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pelekatan pada sel inang; masuknya asam nukleat virus ke inang kemudian mengambil alih metabolisme sel inang terutama segi sintesis protein. Di dalam sel inang akan dibentuk kapsid-kapsid baru kemudian keluar dari sel inang dengan enzim khusus. Jenis replikasi virus beragam, ada jenis replikasi yang menyerang bakteri (bakteriofage), jenis replikasi yang menyerang hewan, dan jenis replikasi yang menyerang tumbuhan. Pada bakteriofage tipe replikasinya terdiri dari siklus litik dan siklus lisogenik. Pada siklus litik, replikasi virus diakhiri dengan lisisnya (pecahnya) membran sel bakteri; sedangkan pada siklus lisogenik, lisis membran tidak terjadi.

Siklus Litik
Salah satu contoh bakteri yang dijadikan tempat replikasi adalah Escherichia coli yang diserang oleh virus T4. Reproduksi virus secara siklus litik mengalami beberapa tahapan atau fase, yaitu (Anonima, 2004):
1.Fase Adsorbsi, yaitu penempelan bagian reseptor virus pada permukaan sel bakteri
2.Fase Penetrasi, yaitu virus mengeluarkan enzim untuk melubangi sel bakteri, setelah itu DNA virus masuk ke sel bakteri
3.Fase Biosintesis (eklifase), DNA virus mengambil alih metabolisme bakteri untuk memproduksi bagian-bagian tubuh virus yang baru (protein kapsid)
4.Fase Pematangan, DNA dan kapsid bergabung membentuk beberapa ratus virus baru (100-200 virus) yang juga memiliki lisozim untuk menghancurkan sel bakteri
5.Fase Pelepasan (Lisis), lisozim menghancurkan dinding sel bakteri, virus-virus baru keluar, dan sel bakteri mati

Siklus Lisogenik
Tahapan lisogenik hampir sama dengan siklus litik. Perbedaannya pada tahap penempelan dan penetrasi, DNA virus tidak menghancurkan DNA bakteri namun hanya menyisip padanya. DNA virus tersebut disebut profage yang bersifat laten (tidak aktif membelah). Bila keadaan mendukung (terkena zat kimia maupun radiasi) siklus litik akan terjadi. Pada virus yang menyerang sel hewan, terdapat membran khusus yang dapat menempel dan berfusi pada membran sel hewan. Setelah pembentukan virus-virus baru selesai, virus akan keluar dengan cara eksositosis dan mengambil bagian membran sel untuk pembungkus(amplop)nya sehingga sel inang tidak mati (Anonima, 2004). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

G.Peranan Virus
Kebanyakan virus bersifat merugikan bagi kehidupan manusia karena dapat menimbulkan penyakit pada manusia maupun merusak hewan ternak dan tumbuhan pangan yang penting bagi manusia. Bahkan ada beberapa virus hewan yang juga dapat menyerang manusia seperti halnya virus flu burung yang dapat menular dan mematikan bagi manusia. Contoh peranan virus yang merugikan adalah:

Virus RNA Virus DNA
Nama Penyakit Nama Penyakit
Virus orthomyxo Influenza Virus mozaik Bercak-bercak pada daun tembakau
Virus rhabdo Rabies Virus herpes Herpes
Virus hepatitis Hepatitis Virus pox Cacar
Virus paramyxo Pes pada hewan ternak Virus papova Kutil pada manusia
Retrovirus AIDS
Virus picorna Polio
Virus toga Demam kuning dan ensefalitis
Virus arena Meningitis

Selain berdasarkan asam nukleatnya, virus dapat dikelompokkan berdasarkan bagian-bagian tubuh yang diserangnya, antara lain:

Bagian tubuh yang diserang Penyakit yang ditimbulkan
Saluran pernapasan Pilek, influenza, dan batuk
Kulit Kutil, cacar, dan campak
Organ dalam Hepatitis, kanker, dan AIDS
Saraf pusat Rabies dan polio

Umumnya virus hanya menyerang dan berkembang pada sel yang spesifik. Misalnya virus mozaik tembakau (TMV) hanya menyerang tumbuhan, virus rabies hanya menyerang mamalia, bakteriofage hanya menyerang bakteri. Ada pula yang sifatnya lebih spesifik seperti virus hepatitis yang hanya menyerang sel-sel hati, virus influenza menyerang saluran pernapasan atas, virus HIV hanya menyerang sel darah putih.
Melalui perkembangan ilmu pengetahuan beberapa jenis virus dapat dimanfaatkan mekanismenya untuk menanggulangi jenis penyakit tertentu yang sulit disembuhkan oleh pengobatan biasa seperti pada penyakit genetis. Contohnya pada penyakit SCID (Severe Combine Immunodeficiency) dimana tubuh tidak dapat membentuk leukosit akibat tidak adanya enzim adenosin deaminase (ADA). Dengan memasukkan retrovirus ke dalam sumsum tulang akan mengakibatkan dibentuknya RNA virus baru, protein virus dan juga ADA oleh enzim transkriptase balik dari virus. Dengan dibentuknya ADA, leukosit pun dapat diproduksi. Penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan cara vaksinasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin (bibit penyakit yang telah dilemahkan) ke dalam tubuh. Dengan memasukan vaksin, tubuh akan bereaksi dengan membentuk antibodi, sehingga diharapkan pada saat tubuh terkena penyakit di masa yang akan datang, antibodi dapat menghancurkan penyebab penyakit tersebut atau menjadi kebal. Kekebalan seperti ini disebut kekebalan aktif. Bagi orang atau hewan yang menderita penyakit akibat virus dapat dilakukan pengobatan dengan pemberian serum. Serum adalah plasma darah yang mengandung antibodi suatu penyakit. Dengan pemberian serum ini tubuh tidak perlu membentuk sendiri antibodinya. Kekebalan dengan cara ini disebut kekebalan pasif (Anonima, 2004).

Latihan Soal
Jawablah pertanyaan berikut dengan baik dan benar!
1.Virus didefinisikan sebagai partikel nonseluler yang tersusun atas material genetik dan protein yang dapat menyerang sel-sel makhluk hidup. Jelaskan maksud pernyataan tersebut!
2.Jelaskan klasifikasi virus, berdasarkan komponen kimiawi material genetiknya! Berikan contoh-contoh virus yang termasuk dalam tiap-tiap kelompok!
3.Mengapa virus disebut parasit intraseluler obligat?
4.Jelaskan bagaimana DNA virus T4 dapat mengambil-alih kendali sintesis protein dalam sel inang!
5.Jelaskan pengaruh kehadiran profag bagi sel inang pada beberapa tipe virus lisogenik.
6.Buatlah perbandingan untuk membedakan siklus hdup virus litik dan sklus hidup virus lisogenik!
7.Karena virus menyebabkan banyak jenis penyakit, apakah Anda setuju bila semua virus dimusnahkan? Jelaskan jawaban Anda!

Daftar Pustaka
Anonima, 2004. Virus. http://biologi.upi.edu [Full text]
Campbell & Reece, 2003. Biology: Concepts & Connections, 4th Ed. Inc. Publishing as Benjamin Cumming
Darkuni, Noviar, 2001. Mikrobiologi: Bakteriologi, Virologi dan Mikologi. Malang: Jurusan Biologi, FMIPA, UM.
Foster & Smith. 1997. Germs: Viruses, Bacteria, and Fungi. http://www.peteducation.com [Full text]
Hunt, Margaret. 2007. Medical Microbiolgy. Lectures 56-57
Murray et al., Microbiology, 5th Ed., Chapter 6, appropriate parts Chapter 51
Syahrurachman, Agus; dkk., 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
White, DO and Fenner, J. Medical Virology, 4th Ed. 1994

Rabu, 02 September 2009

EFEK AMFETAMIN TERHADAP SPERMATOGENESIS MENCIT ( Mus musculus ) GALUR A/J

ABSTRAK


Andriawati, Fitriyah. 2005. Efek Amfetamin Terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus ) Galur A/J. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Program Sarjana Biologi. Pembimbing:
(I) Dra. Umie Lestari, M. Si., (II) Dra. Titi Judani, M. Kes.


Kata kunci: amfetamin, spermatogenesis, mencit.


Amfetamin sebagai salah satu obat psikotropika, memiliki kemiripan struktur dengan dopamin. Pemberian amfetamin dapat meningkatkan metabolisme dopamin dalam tubuh yang berakibat pada menurunnya sekresi GnRH oleh hipotalamus. Penurunan konsentrasi GnRH lebih lanjut akan menyebabkan penurunan konsentrasi FSH, LH dan testosteron (Hayati, 2001). Penelitian terdahulu tentang pengaruh amfetamin terhadap spermatogenesis pada tikus menunjukkan bahwa ada pengaruh amfetamin terhadap penurunan sel-sel spermatogenik (Hayati, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh amfetamin terhadap spermatogenesis mencit, yang ditinjau dari jumlah spermatozoa dan peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal. Sebanyak 24 ekor mencit jantan dikelompokkan dalam empat kelompok dan masing-masing disuntik dengan larutan amfetamin dosis 5,6 mg/kg bb; 4,9 mg/kg bb; 4,2 mg/kg bb dan 0 mg/kg bb, secara sub kutan di bagian tengkuk, setiap dua hari sekali selama 36 hari. Pengamatan dan penghitungan spermatozoa dilakukan pada suspensi spermatozoa yang diteteskan di atas kaca benda Improved Neubauer dan diwarnai dengan Eosin-Nigrosin untuk mendapatkan data jumlah spermatozoa dan persentase spermatozoa abnormal. Hasil analisis varian (ANAVA) dan uji lanjut BNT menunjukkan dosis amfetamin yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap jumlah spermatozoa, hal ini didukung pula oleh berat epididimis pada kelompok mencit perlakuan ternyata juga tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Namun amfetamin dengan dosis yang dipergunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal.



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Psikotropika adalah kelompok obat-obatan yang dapat merangsang sistem saraf pusat dan mempengaruhi kondisi psikologis dari pemakainya serta dapat menimbulkan ketergantungan. Obat-obatan yang tergolong psikotropika diantaranya adalah amfetamin, ekstasi atau 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA), shabu-shabu, putau, yang mudah didapat secara ilegal dengan harga terjangkau oleh masyarakat luas, sehingga dimungkinkan terjadi penyalahgunaan pemakaian obat tersebut.
Pemakaian obat psikotropika dalam jangka waktu pendek seakan memberikan efek yang menguntungkan kepada pemakainya, misalnya peningkatan kewaspadaan, bertambahnya inisiatif, keyakinan diri, daya konsentrasi, peningkatan aktifitas motorik (Tanu, 1995) dan juga euforia (Kee, 1996). Penggunaan obat dalam jangka panjang dapat mengakibatkan sindroma psikologi dan fisik, insomnia, hipertensi, palpitasi jantung, anoreksia (Kee, 1996), tremor dan paling fatal pecahnya pembuluh darah yang menyebabkan kematian. Selain itu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas (Speroff, 1994 dalam Hayati, 1999).
Penggunaan amfetamin dapat merangsang sistem saraf pusat (SSP), secara sentral dapat menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme dopamin (Katzung, 1996 dalam Hayati, 1999), yang menimbulkan inhibitor sekresi gonadotropin yaitu FSH dan LH. Pada hewan jantan, jaringan target dari FSH dan LH adalah testis terutama sel Leydig dan sel Sertoli. Akibat peranan LH, sel Leydig mampu memproduksi testosteron yang berpengaruh terhadap spermatogenesis. Apabila ada gangguan terhadap sekresi testosteron maka akan terjadi gangguan terhadap spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus.
Penelitian terdahulu tentang efek amfetamin terhadap spermatogenesis tikus menunjukkan bahwa secara histologi, jumlah dan ukuran sel-sel spermatogenik menurun dibandingkan yang normal (Hayati, 1999). Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu diteliti tentang efek amfetamin terhadap spermtogenesis dengan indikator yang lain, yaitu jumlah spermatozoa dan peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal mencit ( Mus musculus) galur A/J.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diperoleh jawabannya dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. apakah amfetamin berpengaruh terhadap jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus) galur A/J?
2. apakah amfetamin berpengaruh terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal mencit (Mus musculus) galur A/J?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai efek amfetamin terhadap spermatogenesis mencit (Mus musculus) galur A/J adalah untuk:
1. mengetahui pengaruh amfetamin terhadap jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus) galur A/J.
2. mengetahui pengaruh amfetamin terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal mencit (Mus musculus) galur A/J.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diuji melalui penelitian adalah sebagai berikut:
1. ada pengaruh amfetamin terhadap jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus) galur A/J.
2. ada pengaruh amfetamin terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal mencit (Mus musculus) galur A/J.

E. Manfaat Penelitian
Meskipun hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit (Mus musculus) galur A/J, namun metabolismenya mirip dengan manusia, sehingga perlu diinformasikan kepada masyarakat tentang hasil penelitian ini. Kalau dari hasil penelitian didapatkan amfetamin berpengaruh terhadap spermatogenesis diharapkan masyarakat tahu tentang dampak negatif pemakaian amfetamin dan tidak menggunakannya tanpa seijin dokter.

F. Definisi Istilah
Jumlah spermatozoa yaitu jumlah spermatozoa yang diperoleh dari suspensi epididimis bagian kauda. Abnormalitas spermatozoa adalah morfologi spermatozoa yang tidak normal yang meliputi bagian kepala, leher dan ekor yang diambil dari epididimis bagian kauda (Albert dan Roussel, 1983).


BAB II
KAJIAN PUSTAKA



A. Amfetamin
Amfetamin tergolong salah satu psikotropika yang memiliki banyak molekul turunan. Contoh molekul yang sangat mirip dengan amfetamin yaitu: efedrin, pseudoefedrin, dan fenilalanin. Contoh dari amfetamin racikan diantaranya adalah: 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA) yang dikenal sebagai extacy; N- ethyl-3,4-methylenedioxyamphetamine (MDEA) juga dikenal sebagai methoxy-3,4-methylenedioxyamphetamine (MMDA) dan 2,5-dioxymthylamphetamine (DOM) juga dikenal sebagai STP (Anonimusc, 1999). Struktur amfetamin disajikan dalam gambar 1.

Gambar 2.1. Struktur molekul amfetamin ( Robert, 1996 ).
Pemakaian amfetamin dalam dosis rendah umumnya digunakan untuk pengobatan obesitas dan menurunkan depresi. Penggunaan amfetamin dalam dosis tinggi akan meningkatkan denyut jantung dan pernafasan, pengeluaran keringat secara berlebihan, tremor, dan memperlebar pupil mata. Efek psikologis yang ditimbulkan pada pemakaian amfetamin dengan dosis tinggi diantaranya adalah gangguan mental, perilaku kurang rasional dan salah persepsi terhadap stimulus (Anonimusb, 1991).
Amfetamin memiliki kemiripan struktur dengan dopamin yaitu pada gugus amina dan pada C-β (Tanu, 1995). Dalam kondisi normal dopamin berfungsi mengontrol sekresi GnRH bebas, yang selanjutnya berfungsi mengendalikan sekresi FSH dan LH (Lestari, 2002). Dengan kemiripan tersebut amfetamin dapat berasosiasi dengan GnRH sehingga berakibat pada menurunnya konsentrasi GnRH dan berakibat pula pada menurunnya sekresi FSH dan LH (Handly, 2002). Seperti diketahui FSH dan LH berpengaruh terhadap sekresi testosteron, sedangkan testosteron sendiri berperan dalam spermatogenesis. Maka dengan terganggunya sekresi FSH dan LH sebagai akibat dari aktivitas amfetamin, spermatogenesis terganggu pula.

Gambar 2.2. Perbandingan struktur molekul dopamin dan amfetamin (Tanu, 1995).


B. Sistem Reproduksi Mencit Jantan
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas sepasang kelenjar kelamin (testis), saluran reproduksi dan kelenjar asesori serta organ kopulasi. Masing-masing organ tersebut berjumlah sepasang, kecuali uretra dan penis (Rugh, 1968:7). Menurut Nalbandov (1990) dan Behre (2003), testis merupakan suatu kelenjar endokrin, karena memproduksi testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig yang berpengaruh pada sifat-sifat jantan dan berperan dalam spermatogenesis.

Gambar 2.3. Sistem reproduksi mencit jantan (ventral) (Rugh, 1968:7).
Rugh (1968) menjelaskan bahwa di dalam testis mencit terdiri dari tubulus seminiferus dan jaringan stroma. Lapisan dalam epitel tubulus seminiferus terdapat sel germinatif dan sel sertoli, sedangkan pada jaringan stroma terdapat pembuluh darah, limfe, sel saraf, sel makrofag dan sel Leydig. Sel Leydig berfungsi menghasilkan hormon testosteron. Sekresi hormon oleh sel Leydig dikontrol oleh hormon gonadotropin. Bila sekresi hormon gonadotropin mengalami hambatan maka sekresi testosteron akan mengalami penurunan.
Rugh (1968) menjelaskan bahwa pada mencit jantan terdapat saluran reproduksi yang terdiri atas vas eferens, epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius dan uretra. Vas eferens merupakan saluran yang berkelok-kelok dan lumennya dibatasi oleh sekelompok sel epitel bersilia. Epididimis terdiri dari bagian kaput, korpus dan kauda. Epididimis berfungsi sebagai tempat maturasi sperma dan tempat penyimpanan sperma sementara. Menurut Nalbandov (1990) maturasi spermatozoa di tandai dengan menghilangnya protoplasmik droplet dari bagian kepala spermatozoa. Epididimis pada bagian kaput berfungsi untuk penyerapan cairan yang dikeluarkan oleh testis. Fungsi lain epididimis adalah memberikan sekresi cairan yang diproduksi oleh sel-sel epitelnya untuk membantu perubahan morfologi akrosom yaitu melalui kondensasi inti, pelepasan sitoplasma, peningkatan muatan negatif dan penambahan lapisan glikoprotein (Johnson & Everitt, 1988).
Spermatozoa yang berasal dari epididimis akan diteruskan menuju ke vas deferens. Lumen vas deferens tersusun atas sekelompok sel epitel kolumnar berlapis semu. Vas deferens dibungkus oleh lapisan otot longitudinal di bagian luar dan dalamnya, sedangkan lapisan otot sirkuler terletak diantara keduanya. Lanjutan vas deferens adalah duktus ejakulatorius. Duktus ejakulatorius memiliki otot-otot yang kuat dan berperan selama ejakulasi. Saluran ini akan bermuara pada uretra. Uretra tersusun atas sekelompok sel epitel transisional, jaringan ikat longgar, banyak terdapat pembuluh darah dan dibungkus lapisan otot lurik yang tebal (Rugh, 1968).
Kelenjar seks asesori terdiri atas vesikula seminalis, kelenjar koagulasi, ampula, bulbouretra dan kelenjar preputialis (Rugh, 1968). Fungsi kelenjar seks asesori secara umum adalah mengeluarkan sekret cairan berupa plasma semen yang berfungsi sebagai medium pelarut dan sebagai pengaktif sperma karena semen adalah substrat yang kaya akan natrium, kalium klorida, nitrogen, asam sitrat, asam askorbat, inositol, fruktosa, fosfatase dan sedikit vitamin (Nalbandov, 1990). Penis sebagai organ kopulasi berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri dari bagian-bagian: korpus kavernosum penis, korpus kavernosum uretra, preputialis.


C. Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus. Spermatogenesis pada mencit memerlukan waktu 35,5 hari atau spermatogenesis akan selesai menempuh 4 kali daur epitel seminiferus. Lama satu kali daur epitel seminiferus pada mencit adalah 207 jam ± 6,2 jam (Oakberg, 1957 dalam Rugh, 1968). Menurut Hardjopranoto (1995), secara umum spermatogenesis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap proliferasi, tahap pertumbuhan, tahap pematangan dan tahap transformasi/spermiogenesis.
Pada spermatogenesis, Follicle stimulating hormone (FSH) memiliki peranan yang penting, yaitu berperan dalam menstimulasi kejadian awal spermatogenesis diantaranya proliferasi spermatogonia (Zhang, 2003), peranan ini ditunjukkan dengan fungsi FSH untuk menstimulasi pertumbuhan sel germinatif dalam tubulus seminiferus (Gofur, 2002). Pada tahap proliferasi, spermatogonium mengalami pembelahan mitosis menjadi spermatogonia tipe A selama tiga mitosis pertama, kemudian menjadi spermatogosia tipe intermediet setelah pembelahan ke empat dan menjadi spermatogonia tipe B setelah pembelahan ke lima (Handayani, 2001). Selama tahap pertumbuhan spermatogonia mengalami pertambahan volume. Spermatogonia tipe B kemudian tumbuh membentuk spermatosit I (primer). Pada tahap pematangan, spermatosit primer akan mengalami pembelahan reduksional (meiosis).
Selama pembelahan meiosis, FSH sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelahan meiosis (Zhang, 2003). Pembelahan meiosis yang dialami oleh spermatosit primer dimulai dari meiosis I dilanjutkan ke meiosis II. Dari masing-masing fase pembelahan ini masih dibagi lagi ke dalam beberapa tahap, yaitu: profase, metafase, anafase dan telofase. Tahap profase I meiosis I merupakan tahap yang sangat panjang sehingga dikelompokkan lagi dalam lima stadia, yaitu: leptotene, zigotene, pakhitene, diplotene, dan diakinesis (Gardner, 1991). Menurut Suryo (1995) ciri dari masing-masing stadia sebagai berikut: (a) Lepototene memperlihatkan kromosom sebagai benang panjang, sehingga masing-masing kromosom belum dapat dikenal; (b)Zigotene memperlihatkan bahwa kromosom-kromosom homolog berpasangan; (c) Pakhitene merupakan stadia yang paling lama dari profase I meiosis, benang-benang kromosom tampak semakin jelas karena adanya kontraksi dari kromosom sehingga kromosom tampak semakin menebal. Pada stadia ini berlangsung proses biologis yang sangat penting yaitu pindah silang (“Crossing over”). Pada stadia ini spermatosit primer mudah mengalami kerusakan dan degenerasi yang sangat luas (Johnson & Everitt, 1988); (d) Diplotene ditandai dengan memisahnya kromatid-kromatid yang semula berpasangan membentuk bivalen; (e) Diakinesis yang merupakan stadia terakhir memperihatkan kromosom-kromosom makin memendek dan kiasmata semakin jelas. Dari meiosis I akan dihasilkan dua sel anak spermatosit sekunder, masing-masing berisi satu set kromosom tunggal.
Pada meiosis II, terjadi pembentukan spermatid yang berasal dari spermatosit sekunder. Pada meiosis II ini masing-masing kromosom yang berada pada daerah ekuatorial hanya terdiri dari dua kromatid yang bersatu di sentromernya. Sentromer kemudian akan terbelah dan masing-masing kromatid akan bergerak menuju ke kutub yang berlawanan. Hasil dua kali pembelahan, akan terbentuk empat sel anak (Gofur, 2002).
Pada tahap transformasi/spermiogenesis, spermatid mengalami serangkaian perubahan pada nukleus dan sitoplasma. Spermatid mengalami perubahan bentuk menjadi spermatozoa yang memiliki kepala, leher dan ekor. Handayani (2001) dan Gofur (2002) menjelaskan bahwa transformasi spermatid menjadi spermatozoa dibedakan menjadi empat fase, yaitu: (1) fase golgi, dimana pada fase ini aparatus golgi dari spermatid membentuk granula yang kaya glikoprotein yaitu granula akrosom; (2) fase tutup dicirikan dengan granula akrosom tumbuh dan menutupi permukaan inti membentuk suatu tutup, pada saat itu membran inti kehilangan pori-pori, kedua sentriol menuju ke tempat yang berlawanan pada membran inti dan flagelum tumbuh dari distal sentriol, dari proksimal sentriol dibentuk leher yang mengikatkan ekor ke inti; (3) fase akrosom memperlihatkan inti mulai memanjang dan sitoplasma berpindah tempat maju ke daerah flagelum yang sedang berkembang; (4) fase pematangan ditunjukkan dengan inti memanjang dan kromatin berkondensasi di bawah tudung akrosom, membentuk inti yang spesies spesifik dan kehilangan membran inti dan nukleoplasma, aparatus golgi selesai membentuk tudung akrosom dan mulai berubah bentuk. Selama tahap transformasi/spermiogenesis testosteron sangat diperlukan terutama untuk menjaga supaya spermiogenesis berlangsung dengan sempurna (Zhang, 2003). Sekresi testosteron oleh sel-sel Leydig merupakan akibat dari aktivitas LH. Dalam hal ini LH menstimulasi aktivitas adenil siklase sehingga meningkatkan cAMP intraseluler. Kenaikan cAMP menyebabkan terjadinya fosforilasi protein intraseluler oleh aktivasi protein kinase, yang akan mengubah pregnenolon menjadi testosteron (Handayani, 2001).
Menurut Rugh (1968), spermatozoa mencit terdiri dari bagian kepala, bagian tengah dan ekor. Kepala mempunyai kait dengan panjang kira-kira 0,008 mm, bagian tengah pendek dan ekor sangat panjang (rata-rata 0,1226 mm). Pada kepala terdapat akrosom yang mengandung enzim hyluronidase yang berfungsi pada saat fertilisasi. Di dalam kepala terdapat inti. Pada bagian tengah terdapat mitokondria, aparatus golgi dan dua sentriol. Ekor menyerupai bentukan flagelum dan digunakan untuk pergerakan terutama pada saat berada dalam alat kelamin betina. Morfologi spermatozoa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Spermatozoa mencit (Rugh, 1968)
Kemampuan bereproduksi dari hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume semen yang tinggi dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Sedangkan kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal dan motilitasnya (Hardjopranoto, 1995). Albert dan Roussel (1983) menyebutkan bahwa konsentrasi sperma pada epididimis dari mencit berumur 70 hari atau lebih, sebanyak ≥ 8,11 ± 2,7 juta/ml, dengan jumlah sperma normal ≥ 5,74 ± 8,9% dan jumlah sperma yang abnormal 6,6 ± 2,6%. Sperma abnormal akan menurunkan fertilitas jantan. Beberapa abnormalitas tertentu dari sperma diketahui ada yang bersifat genetik (Nalbandov, 1990).
Abnormalitas pada sperma dapat terjadi pada kepala, leher dan ekor. Toelihere (1985) mengklasifikasikan abnormalitas pada sperma dalam abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi karena gangguan spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa menyelesaikan maturasi di epididimis.
Yatim (1982) juga mengungkapkan bahwa abnormalitas sperma disebabkan faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh penyakit. Kekurangan hormon, misalnya rendahnya kadar testosteron yang diproduksi sel Leydig dapat menghambat spermatogenesis dan dapat mengganggu maturasi sperma di dalam epididimis.


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh amfetamin terhadap spermatogenesis mencit (Mus musculus) galur A/J. Rancangan penelitian yang digunakan untuk pengelompokkan dan pemberian perlakuan terhadap hewan uji adalah RAK (Steel & Torrie, 1981).

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai sejak bulan September 2003 sampai dengan bulan Februari 2004, bertempat di Laboratorium Biologi Ruang 307 Universitas Negeri Malang.

C. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian adalah amfetamin dengan berbagai dosis. Sedangkan variabel terikatnya berupa jumlah spermatozoa dan spermatozoa abnormal.

D. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah mencit jantan galur A/J yang diperoleh dari laboratorium Biologi UM. Sampel yang diambil adalah mencit jantan dewasa galur A/J umur 10-12 minggu dan berat badan 19-23 gram sebanyak 24 ekor.

E. Prosedur Kerja
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan pemeliharaan anakan. Setelah dewasa dipilih mencit yang berumur 10-12 minggu dengan berat badan 19-23 gram, sebanyak 24 ekor. Setiap anakan dipelihara dalam kandang berupa mika plastik berukuran 29 cm X 11 cm X 12 cm, tutup kandang terbuat dari besi. Untuk pemeliharaan, kandang diberi sekam dan ditempatkan dalam ruangan bersuhu ± 26,50 C, tiap anakan diberi makan pelet susu A dan air minum (air ledeng) secara ad libitum. Penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan meja O HAUSS dlakukan setiap dua hari sekali.
Dosis amfetamin yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dosis efektif dalam penelitian Hayati (2001), yaitu 4 mg/kg bb. Selanjutnya dilakukan konversi dosis untuk mencit berdasarkan tabel konversi dari Tekhnik Farmakodinami dan Keamanan Obat (Anonimusa, 1986) dengan faktor konversi sebesar 0,14. Dosis amfetamin yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 5,6 mg/kg bb; 4,9 mg/kg bb; 4,2 mg/kg bb; 0 mg/kg bb (untuk keterangan cara pengenceran dosis dapat dilihat pada lampiran 5).
Hewan coba dikelompokkan dalam empat kelompok. Masing-masing kelompok diberi amfetamin dengan dosis 0 mg/kg bb, 4,2 mg/kg bb, 4,9 mg/kg bb, dan 5,6 mg/kg bb selama 36 hari dengan waktu pemberian dua hari sekali. Larutan amfetamin diberikan dengan menggunakan syringe 1 ml sebanyak 0,5 ml yang disuntikkan di bagian tengkuk secara sub kutan.
Selanjutnya mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher, dengan menggunakan alat bedah epididimis kauda diambil kemudian dimasukkan ke dalam cairan fisiologis NaCl 0,9% dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Selanjutnya epididimis kauda dicacah dengan menggunakan silet di dalam larutan HBSS (komposisi larutan HBSS dapat dilihat pada lampiran 6) (Freshny, 1987) sebanyak 10 ml sampai terbentuk suspensi (Syamrizal, 1995). Diambil 1 ml suspensi dan diencerkan sampai mencapai volume 10 ml, kemudian diambil dari suspensi hasil pengenceran sampai skala 0,5 dengan menggunakan pipet hemositometer Improved Neubauer untuk sel darah merah dan meneteskan pada kaca benda Improved Neubauer kemudian diamati dan dihitung.
Pengamatan dan penghitungan dilakukan dengan mikroskop cahaya perbesaran 10 x 40. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan hand counter, dan diulangi sebanyak tiga kali untuk masing-masing suspensi spermatozoa dari setiap epididimis kauda. Cara penghitungan jumlah spermatozoa berdasarkan prosedur WHO (1998) dalam Syamrizal (1995) sebagaimana tercantum dalam lampiran 7. Dalam pengamatan morfologi spermatozoa diambil suspensi spermatozoa hasil pengenceran kemudian diwarnai terlebih dahulu dengan Eosin-Nigrosin (modifikasi cara Bloom dalam WHO, 1988 dalam Syamrizal, 1995) metode pewarnaan Eosin-Nigrosin dapat dilihat dalam lampiran 8. Cara penghitungan jumlah spermatozoa dilakukan dengan menghitung jumlah spermatozoa secara keseluruhan termasuk juga menghitung jumlah spermatozoa abnormal.

F. Analisis Data
Data yang meliputi jumlah spermatozoa, berat epididimis dan persentase spermatozoa yang abnormal diuji dengan Analisis Varians (ANAVA) satu jalur dan apabila dari hasil perhitungan menunjukkan hasil yang signifikan, maka selanjutnya digunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) (Zar, 1984).


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian dan Analisis Data
Hasil penelitian tentang Efek Amfetamin Terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus A/J) meliputi jumlah spermatozoa, berat epididimis dan persentase spermatozoa abnormal, akan dibahas berikut ini.

1. Jumlah Spermatozoa
Hasil perhitungan jumlah spermatozoa dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan rerata perhitungan jumlah spermatozoa disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rerata Perhitungan Jumlah Spermatozoa
Dosis ( mg/kg bb) Jumlah Spermatozoa ( juta/ml)
0 9.6389
4.2 9.3
4.9 9.1056
5.6 10.35003

Setelah dianalisis dengan ANAVA diperoleh nilai F hitung < F tabel 0.05 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh pemberian amfetamin dalam berbagai dosis terhadap jumlah spermatozoa mencit. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa dengan analisis varian, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

2. Berat Epididimis
Hasil perhitungan berat epididimis dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan rerata perhitungan berat epididimis disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rerata Perhitungan Berat Epididimis
Dosis ( mg/kg bb) Berat Epididimis (gram)
0 0.014333
4.2 0.014725
4.9 0.015475
5.6 0.015117

Setelah dianalisis dengan ANAVA diperoleh nilai F hitung < F tabel0,05 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh pemberian amfetamin dalam berbagai dosis terhadap berat epididimis mencit. Hasil perhitungan berat epididimis dengan analisis varian, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Persentase Spermatozoa Abnormal
Data tentang persentase spermatozoa abnormal diperoleh berdasarkan metode perhitungan sperma yang ditetapkan oleh WHO (1998) dalam Syamrizal (1995). Data selengkapnya mengenai jumlah spermatozoa abnormal dapat dilihat dalam lampiran 1. Berikut ini adalah rerata persentase spermatozoa abnormal yang disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rerata Persentase Spermatozoa Abnormal
Dosis ( mg/kg bb) Spermatozoa Abnormal (%)
0
81.7165a
4.2 90.66633b
4.9 93.539b
5.6 96.034b

Berdasarkan hasil analisis varians terhadap persentase jumlah spermatozoa abnormal (hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4) menunjukkan bahwa F hitung > F tabel0.05 berarti ada pengaruh pemberian amfetamin terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal. Dengan demikian dapat dilakukan uji lanjut BNT untuk mengetahui kelompok perlakuan manakah yang mulai memberikan pengaruh terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal.
Dari hasil uji lanjut BNT (perhitungan selengkapnya pada lampiran 4) diketahui bahwa pada dosis amfetamin 4,2 mg/kg bb telah memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal bila dibandingkan dengan kontrol. Begitupun dengan dosis-dosis yang lainnya juga menunjukkan pengaruh yang nyata. Namun dari hasil uji BNT juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan pengaruh besarnya dosis amfetamin yang diberikan terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal. Hal ini ditunjukkan dengan notasi BNT yang sama baik pada mencit yang disuntik dengan amfetamin dosis 4,2 mg/kg bb; 4,9 mg/kg bb maupun dosis 5,6 mg/kg bb.
Untuk macam-macam abnormalitas sperma yang ditemukan selama pengambilan data, ditunjukkan dalam sebagai berikut:
a. Spermatozoa normal
b. Bagian tengah melengkung dan kepala kecil
c. Kait pada kepala bengkok
d. Bagian tengah melengkung
e. Kepala kecil (mikrosephali)
f. Droplet sitoplasma
g. Bentuk kepala tidak normal (tidak berbentuk sabit)
h. Ekor melengkung
i. Ekor membentuk sudut dan kait pada kepala tidak normal
j. Bagian tengah melengkung dan menempel pada kepala, ekor membentuk sudut
k. Bagian tengah melengkung, ekor membentuk sudut dan kepala tidak normal
l. Bagian tengah dan ekor melengkung
D. Pembahasan
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah amfetamin yang diberikan pada mencit dapat berpengaruh terhadap spermatogenesis, ditinjau dari jumlah spermatozoa dan peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa dengan pemberian amfetamin dalam berbagai dosis ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah spermatozoa. Jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh mencit yang disuntik dengan amfetamin tidak berbeda nyata dengan jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh mencit dari kelompok kontrol. Namun demikian pemberian amfetamin dalam berbagai dosis ternyata dapat meningkatkan persentase jumlah spermatozoa abnormal.
Amfetamin diketahui memiliki kemiripan struktur dengan dopamin yaitu pada gugus amina dan pada C-β (Tanu, 1995). Dopamin merupakan senyawa peptida yang dihasilkan oleh neuron-neuron TIDA yang terletak di nukleus arkuata dan berfungsi mengatur sekresi GnRH yang juga dihasilkan di hipotalamus (Lestari, 2002). Dengan kemiripan tersebut amfetamin dapat berasosiasi dengan GnRH sehingga berakibat pada menurunnya konsentrasi GnRH bebas dan berakibat pula pada menurunnya konsentrasi FSH dan LH (Handly, 2002). Seperti diketahui bahwa LH berpengaruh terhadap sel Leydig dalam memproduksi testosteron, sedangkan testosteron sendiri berperan dalam spermatogenesis.
Dari hasil penelitian diperoleh jumlah spermatozoa tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol hal ini diperkuat oleh data tentang berat epididimis kelompok perlakuan yang tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol. Ini dimungkinkan penurunan konsentrasi FSH yang terjadi sebagai akibat tidak langsung dari amfetamin kurang berpengaruh terhadap proliferasi spermatogonia yang terjadi pada awal spermatogenesis. Seperti diketahui FSH berpengaruh terhadap proliferasi spermatogonia (Zhang, 2003), demikian pula berfungsi untuk pertumbuhan sel germinatif (Gofur, 2002). Dengan demikian dimungkinkan amfetamin yang diberikan dengan berbagai dosis tidak sampai mengganggu aktivitas FSH pada tahap inisiasi spermatogenesis, ditunjukkan dengan jumlah spermatozoa yang tidak berbeda dengan kontrol.
Peningkatan prosentase spermatozoa abnormal yang diperoleh dari penelitian ini mungkin disebabkan karena penurunan konsentrasi FSH mengganggu kelangsungan meiosis yang dialami oleh spermatosit primer. Seperti diketahui FSH berpengaruh terhadap pembelahan meiosis (Zhang, 2003). Pada pembelahan meiosis ini, yaitu pada stadia pakiten profase I, dimana pada stadia ini berlangsung proses pindah silang (“Crossing over”) yang rentan terhadap faktor luar. Menurut Johnson & Everitt (1988) spermatosit primer pada stadia ini mudah sekali mengalami kerusakan, sehingga peluang terjadinya abnormalitas pada susunan kromosom spermatosit primer karena pengaruh faktor hormonal seperti penurunan FSH sangat besar sekali.
Selain itu, juga dimungkinkan karena penurunan konsentarsi LH berpengaruh terhadap sel Leydig sehingga produksi testosteron menurun. Mekanisme penurunan testosteron disebabkan terganggunya aktivitas adenil siklase karena kecilnya konsentrasi LH. Gangguan ini mengakibatkan cAMP menurun dan diikuti menurunnya fosforilasi protein intraseluler, sehingga perubahan pregnenolone menjadi testoteron terganggu dan berakibat menurunnya testosteron. Seperti diketahui testosteron sangat diperlukan selama tahap transformasi/spermiogenesis (Zhang, 2003). Kalau testosteron itu menurun mengakibatkan spermiogenesis terganggu sehingga akan menghasilkan morfologi spermatozoa yang kurang normal.
Di samping itu testosteron juga berpengaruh terhadap maturasi spermatozoa di epididimis (Handayani, 2001). Jika terjadi penurunan testosteron maka sel epididimis akan mengalami regresi fungsi dan struktur. Regresi fungsi yang terjadi pada sel epididimis dapat menyebabkan terjadinya abnormalitas sekunder pada spermatozoa, hal ini terjadi karena gangguan terhadap sekresi yang dihasilkan oleh sel epididimis yang dibutuhkan untuk perubahan morfologi akrosom (Johnson & Everitt, 1988). Gangguan pada maturasi spermatozoa mengakibatkan abnormalitas spermatozoa.


BAB V
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada pengaruh amfetamin terhadap jumlah spermatozoa yang dihasilkan pada mencit (Mus musculus) galur A/J.
2. Amfetamin berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan persentase jumlah spermatozoa abnormal pada mencit (Mus musculus) A/J.

B. SARAN
Saran-saran yang dapat dikemukakan oleh penulis bagi semua pengguna hasil penelitian ini dan yang sejenisnya adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis terhadap mamalia yang lebih tinggi tingkatannya untuk mengetahui apakah amfetamin yang diberikan juga dapat menimbulkan pengaruh yang sama.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang kadar FSH dan LH dalam darah akibat amfetamin.



DAFTAR RUJUKAN

Albert, M. dan Roussel, C. 1983. Change From Puberty to Adulthoodin The Concentration, Motility and Morphology of Mouse Epididymal Spermatozoa. International Journal of Andrology, 6 (1983): 446-460. [Full text].

Anonimusa, 1986. Tekhnik Farmakodinami dan Keamanan Obat. Bandung: ITB.

Anonimusb, 1991. Facts about Amphetamines. (http:// www.arf.org/isd/pim/amph. html). [Full text].

Anonimusc, 1999. Jenis dan Efek. (http://www.Anti.or). [Full text].

Behre, Herman M. & Bergmann, Martin. 2003. Primary Testicular Failure. (http://www.endotext.com, diakses 9-09-2004). [Full Text].

Freshny, R. I. 1987. Culture of Animal Cells, A Manual of Basic Technique, 2nd ed. New York: Alan R. Liss, Inc.

Gardner, Eldon John. 1991. Principles of Genetics. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Gofur, Abdul. 2002. Spermatogenesis. Malang: Biologi_UM.

Handayani, Nursasi. 2001. Fisiologi Reproduksi: Fungsi Testis dan Fertilisasi. Malang: Biologi_UM.

Handly, N. 2002. Toxicity Amphetamine. (http://www.emedicine.com.). [Full text].

Hardjopranoto, S. 1995. Ilmu kemajiran Pada Ternak. Surabaya: AUP.

Hayati, A. 2001. Efek Amfetamin Terhadap Ultrastruktur Sel Spermatogenik Tikus. Seminar PBI Cabang Jatim.

Johnson, Martin & Everitt, Barry. 1988. Essential Reproduction. London: Blackwell Scientific Publications.

Kee, Joyce L. & Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lestari, Umie. 2002. Fisiologi Reproduksi I. Malang: IMSTEP_JICA Biologi UM.

Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: UI Press.

Roberts, Debra. 1996. Designer Drugs. (http://www.camh.net) [Full text].

Rugh, R. 1968. The Mouse: Its Reproduction & Development. USA: Burgess Publishing. Co.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1981. Principles and Procedures of Statistics, a Biometrical Approach. Singapore: Mc. Graw Hill book. Co.

Suryo. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syamrizal. 1995. Pengaruh Asam Metoksilat Terhadap Organ Reproduksi dan Fertilitas Mencit Albino Swiss Webster Jantan. Skripsi tidak diterbitkan, Bandung: ITB.

Tanu, Ian. 1987. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru, Bagian FK UI.

Toelihere, M. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: ITB.

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Penerbit Tarsito.

Zaar, H. J. 1984. Biostastical Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Zhang, Fu-Ping; Pakarainen, Tomi; Poutanen, Matti; Toppari, Jorma; & Huhtaniemi, Ilpo. 2003. The Low Gonadotropin-Independent Constitutive Production of Testicular Testosterone is Sufficient to Maintain Spermatogenesis. PNAS. November 11, 2003. Vol. 100. No. 23. 13692-13697. (http://www.pnas.org/cgi/content/full/100/2313692, diakses 19-09-2004). [Full text].